Jumat, 10 Januari 2014

Pengertian Pendekatan Pembelajaran

1.     Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.     Pendekatan Konstruktivisme
A.    Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivistik
Menurut faham konstruktivistik pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori Konstruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.Konstruktivistik sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivistik mempunyai beberapa konsep umum seperti:
§  Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
§  Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
§  Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
§  Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
§  Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
§  Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Menurut Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dari pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalamanbelajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
1)      siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki
2)      pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti
3)      strategi siswa lebih bernilai
4)      siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
B.     Tujuan Teori Konstruktivistik
ü  Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
ü  Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiripertanyaannya.
ü  Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
ü  Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
ü  Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
C.    Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
a)      Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar
b)      Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
c)      Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid
d)     Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar s esuatu idea
e)      Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomimurid
f)       Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
g)      Menganggap pembel ajaran sebagai suatu proses yang sama penti ng dengan hasil pembel ajaran
h)      Menggalakkan proses inkuirimurid mel alui kajian dan eksperimen
D.    Prinsip-Prinsip Konstruktivistik
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
§  Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
§  Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
§  Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
§  Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
§  Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
§  Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
§  Mmencari dan menilai pendapat siswa
§  Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan
E.     Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivistik
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
1)      siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
2)      belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
3)      pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal
4)      pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas
5)      kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa jugaa disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan:
o  perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama
o  tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual
o  gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
F.     Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstrutivistik
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
Adapun kelebihan dari pembelajaran berdasarkan konstruktivistik adalah sebagai berikut:
1)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2)      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3)      Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5)      Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6)      Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Kelemahan
            Adapun kekurangan dari pembelajaran berdasarkan konstruktivistik adalah sebagai berikut:
§  Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
§  Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
§  Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.



G.    Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivistik
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kcil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut.Pertama adalahperan aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a)         memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri
b)        memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif
c)         memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
d)        memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
e)         mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
f)         menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

H.    Proses Belajar Menurut Konstrukvistik
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1.        Proses belajar, kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2.        Peranan siswa, menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3.        Peranan guru, dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
ü  Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
ü  Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
ü  Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
4.        Sarana belajar,pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5.        Evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

I.       Implikasi Konstruktivistik Pada Pembelajaran
a)         Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para siswa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b)        Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
c)         Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d)        Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e)         Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f)         Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g)        Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Sedangkan pandangan konstruktivisme tentang belajar adalah sebagai berikut:
§  Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
§  Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
§  Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.

3.     Pendekatan Inkuiri
A.    Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Metode inkuiri adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (Poerwadarminto, 1976). Metode Inkuiri adalah menanyakan, meminta keterangan atau menyelidiki, penyelidikan (Soedanyo, 1990).Metode Inkuiri dalam bahasa Inggris “Inquiri”, berarti pertanyaan,pemeriksaan, atau penyelidikan (Gulo, 2002). Metode inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. (Suchman ,1996). Metode inkuiri adalah strategi mengajar yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri.(Jones, 1997).
Metode inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip (Widja, 1985). Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Sumantri,1998). Metode inkuiri adalah merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian. (Nasution 1992 : 128). Metode inkuiri merupakan perluasan metode discovery yang artinya suatu proses mental yang lebih tinggi tingkatannya misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan (Sri Anitah , 2001:4).
Berdasarkan beberapa pengertian yang tersebut di atas metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu. yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri.
B.     Tingkatan Inkuiri
Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensistas keterlibatan siswa, yaitu:
1) Inkuiri tingkat pertama
Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri dengan masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini, tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided Inquiry) menurut kriteria Bonnstetter (2000), sedangkan Marten Hansen (2002), Oliver - Hoyo, et al (2004) dan Orlich , et al (1998) menyebutnya sebagai pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya.
Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan keluaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal.Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Orlich, et al (1998) menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik
hingga membuat inferensi atau generalisasi.
b) Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai.
c) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas.
d) Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.
f ) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.
g). Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa.
h).Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.
2) Inkuiri Bebas
Inkuiri tingkat kedua dan ketiga Callahan et al , dan Bonnstetter mengkategorikan sebagai inkuiri bebas (unguided Inquiry). Menurut Orlich, et al inkuiri bebas merupkan kegiatan siswa yang difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Beberapa karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri bebas ialah:
a) Siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi khusus untuk membuat inferensi.
b) Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai
c) Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi.
d) Dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru
e) Ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi sebagai laboratorium
f) Kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan inferensi serta melalui interaksi dengan siswa lain
g) Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa.
h) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas.
C. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri                                                  
              Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengem­bangan intelektual anak.Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration (Sanjaya, 2009:198).
·         Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi per­tumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat ber­pengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Otak bisa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan.    
·         Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-­gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tidak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman.
·         Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, peng­alaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan argumentasi dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu pada gilirannya dapat memunculkan pengalaman-pengalaman mental yang memungkinkan atau memaksa otak individu untuk bekerja. Kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya. Sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman semacam itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti misalnya kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan lain sebagainya.
·         Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Ada­kalanya anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
              Atas dasar penjelasan di atas, penggunaan strategi pembelajaran inkuiri mengandung beberapa prinsip berikut.
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. 
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
D.Tujuan Pembelajaran Inkuiri
Tujuan utama pembelajaran strategi inkuiri adalah menolong siswa agar dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan men­dapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu para siswa. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekat­an pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dalam penerapannya, strategi pembelajaran inkuiri akan efektif apabila:
(1)   Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
(2)   Bahan pembelajaran yang akan diajarkan tidak terbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah simpulan yang perlu pembuktian.
(3)   Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
(4)   Guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
(5)   Jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
(6)   Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pen­dekatan yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran inkuiri di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan ( nutrunant effect ) sebagai berikut:
1) Memperoleh keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan ).
2) Lebih berkembangnya daya kreativitas anak.
3) Belajar secara mandiri.
4) Lebih memahami hal-hal yang mendua.
5) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2002:101)
E. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
           Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
     1.  Orientasi
     2.  Merumuskan masalah
     3.  Mengajukan hipotesis
     4.  Mengumpulkan data
     5.  Menguji hipotesis
     6.  Merumuskan simpulan
     1.  Orientasi
                   Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive.  Pada langkah ini guru melakukan kegiatan-kegiatan berikut.
          (1) Mengon­disikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran.
          (2) Merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
           (3) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai  oleh siswa.
(4) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan (Pada tahap ini dijelaskan langkah­-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan simpulan).
    (5) Menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya topik dan kegiatan belajar.
     2.  Merumuskan Masalah
                   Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disaji­kan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir meme­cahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam me­rumuskan masalah, di antaranya adalah:
(1)  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-­teki yang jawabannya pasti.
(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
     3.  Merumuskan Hipotesis
                  Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif.Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak tetpi kebenarannya selalu bersifat sementara.Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
     4.  Mengumpulkan Data
          Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-­pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
     5. Menguji Hipotesis
            Penggunaan fakta sebagai evidensi; Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengem­bangkan kemampuan berpikir rasional.
     6.  Merumuskan Simpulan
          Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temu­an yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumus­kan simpulan merupakan puncak kegiatan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai simpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
F.Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secaraverbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran penting yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
G. Peranan Pembelajaran Inkuiri
Pelaksanaan penggunaan metode pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para siswaantara lain sebagai berikut:
1). Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa.
2).Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan- penemuan yangdiperolehnya.
3).Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa.
4).Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5).Tidak menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
f.Sasaran Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran pada metode pembelajaran inkuiri, adalah:
1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
3) Mengembangkan sikap percaya padadiri sendiri ( self-belief ) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalamproses pembelajaran inkuiri.
H. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
          1.  Keunggulan
       Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan sebab strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
          a.  Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
          b.  Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang dikehendaki.
          c.  Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkem­bangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar ada­lah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
          d.  Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan unggul.
     2.  Kelemahan
                   Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inkuiri juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
          a.  Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
          b.  Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
          c.  Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
          d.  Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampu­an siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit di­implementasikan oleh setiap guru
I.Hambatan-hambatan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri
              Dalam implementasinya,strategi pembelajaran inkuiri memiliki hambatan-hambatan.Hambatan-hambatan itu adalah sebagai berikut.                                     
1.      strategi pembelajaran inkuirimerupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil be­lajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola meng­ajarnya, bahkan ada guru yang menganggap bahwa strategi pembelajaran inkuiri sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Sifat guru cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaruan-­pembaruan.
2.      sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru.  Para guru  dianggap sebagai sumber belajar yang utama. Budaya belajar semacam itu sudah lama terbentuk dan menjadi kebiasaan

3.      berhubungan dengan sistem pendidikan di Indonesia  yang di­anggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembe­lajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active learning atau yang dikenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) yang hanya berorientasi pada pe­ngembangan aspek kognitif dan hasil belajar. Keadaan ini dapat menambah ke­bingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar