Jumat, 10 Januari 2014

Pendekatan Pembelajaran IPA di SD

A.    Pendekatan Pembelajaran IPA di SD
Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak, dimana anak mulai masuk jenjang sekolah dasar, masa ini anak sudah matang untuk dapat belajar di bangku sekolah dasar karena anak telah siap menerima ketahapan-ketahapan baru dari lingkungannya.
Anak pada usia SD mempunyai karakteristi tersendiri dalam hal ini harus dipahami oleh guru sehingga dalam proses pembelajaran dikelas menjadi pertimbangan tersendiri, selain harus memahami karakteristiknnya, guru juga harus memahami perkembangan intelektualnya, fungsi dari fisiknya serta merefleksikannya didalam kelas ketika proses pembelajaran terjadi. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Beberapa pendekatan yang bisa digunakan guru sebagai berikut:
1.      Pendekatan Konsep; yaitu siswa dibimbing memahami suatu bahasan yang memahami konsep-konsep yang terkandung di dalamnya.
2.      Pendekatan Lingkunga; yaitu mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar.
3.      Pendekatan Inquiri; yaitu membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian.
4.      Pendekatan Proses; yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
5.      Pendekatan Interaktif; yaitu memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
6.      Pendekatan Pemecahan Masalah; yaitu berhubungan dengan masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan
7.      Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat; yaitu siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat.
8.      Pendekatan Terpadu;  yaitu memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Adapun beberapa metode yang bisa digunakan guru sebagai berikut:
1.      Metode Ceramah; yaitu metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan
2.      Metode Tanya Jawab; yaitu metode bertanya jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya
3.      Metode Diskusi; yaitu cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, sehingga terjadi tukar-menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaanderajat.
4.      Metode Kooperatif; yaitu siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4 sampai 5 orang.
5.      Metode Demonstrasi; yaitu cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, misalnya dalam pembelajaran  transportasi pada tumbuhan.
6.      Metode Karyawisata atau Widyawisata; yaitu cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas.
7.      Metode Penugasan yaitu guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
8.      Metode Eksperimen yaitu cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan.
9.      Metode Bermain Peran yaitu pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.



B.     Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
1.      Pengertian Pendekatan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992).
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswanya (Depdikbud, 1986 dalam Dimiyati dan Mudjiono, 2006).
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa (Usman & Lilis Setiawati, 1993). Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan belajar mengajar yang harus digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai pencari informasi. Oleh karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau pengalamannya.
Menurut Rustaman et al. (2003) keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan :
a)      keterampilan kognitif (intelektual), melibatkan pikiran.
b)      Pendekatan manual, melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.
c)      Sosial, berinteraksi dengan sesama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya, mendiskusikan hasil pengamatan.
Pada pendekatan keterampilan proses, tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunkasikan.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya, sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006) beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar adalah.
a)      Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b)      Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang ilmu pengetahuan.
c)      Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

2.      Keunggulan Pendekatan Keterampilan Proses
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah :
a)      Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
b)      Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
c)      Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,
d)     Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
e)      Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
f)       Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah

3.      Prinsip-Prinsip Pendekata Keterampilan Proses
Dalam membahas pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip tentang pendekatan tersebut menjadi hal mutlak yang harus dipahami. Satu hal yang harus kita sepakati bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan  dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran yang dilakukan juga diarahkan pada bagaimana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.
Menurut Dimiyati dan mudjiono (2006) menyatakan adanya berbagai keterampilan proses. Keterampilan tersebut terdiri atas:
a.       Keterampilan dasar (basic skill), menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks.
b.      Keterampilan terintegrasi (integrated skills), ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
Keterampilan dasar (basic skill), menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks diantaranya :
1)      Mengamati
Merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain.
2)      Mengklasifikasikan
Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari peristiwa yang dimaksud.
3)      Mengkomunikasikan
Dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.
4)      Mengukur
Dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan.
5)      Memprediksi
Dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan.
6)      Menyimpulkan
Dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan terhadap suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.

Keterampilan terintegrasi (integrated skills), ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian
1)      Mengenali variabel
Sebelum melakukan penelitian, mengenal variabel merupakan hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Ada variabel termanipulasi dan variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian.
2)      Membuat tabel
Keterampilan membuat tabel dapat diartikan sebagai kemampuan menyajikan data yang diperlukan pada penelitian.
3)      Membuat grafik
Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal.
4)      Menggambarkan hubungan antar-variabel
Keterampilan menggambarkan hubungan antar-variabel dapat diartikan sebagi kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil atau hubungan antara variabel-variabel yang sama.
5)      Mengumpulkan dan mengolah data
Kemampuan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informsi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagi dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.
6)      Menganalisis penelitian
Keterampilan menganalis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian.
7)      Menyusun hipotesis
Menyusun hipotesis dapat diartikan sebagi kemampuan untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.
8)      Mendefinisikan variabel
Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda.
9)      Merancang penelitian
Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan.
10)  Bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk megadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide itu

Sudjana (2004) menyatakan bahwa ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan disekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar. Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Pengajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum. Pengajaran disekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan bahan pengajaran adalah uraian atau deskripsi dari pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang ada di dalam pokok bahasan. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal (bersama-sama dalam satu kelas) guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua arah. Mengajar bukan semata-mata merupakan pemberian informasi seraya tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik dan penampilan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut.  Upaya mengoptimalisasikan kegiatan belajar-mengajar perlu dilakukan sejak perencanaan hingga evaluasi belajar-mengajar. Untuk itu diperlukan adanya kemauan dan kemampuan guru dalam mengupayakan optimalisasi kegiatan belajar-mengajar. Salah satu optimalisasi dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

4.      Kemampuan yang di Kembangkan dalam Keterampilan Proses
Usman & Lilis Setiawati  (1993)  dalam bukunya upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar, menyatakan bahwa ada tujuh  kemampuan yang dikembangkan dalam pendekatan keterampilan proses antara lain:
a)      Pengamatan yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera
b)      menggolongkan (mengklasifikasikan) yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai  dasar penggolongan
c)      menafsirkan (menginterpretasikan) yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen
d)     meramalkan yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecendrungan pola tertentu, hubungan antardata atau informasi
e)      menerapkan (aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
f)       Merencanakan penelitian yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang dibina
g)      Mengomunikasikan yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.

5.      Langkah-langkah Pendekatan Keterampilan Proses
Suryosubroto (2002), menyatakan bahwa ada langkah-langkah yang harus dilalui oleh seorang guru dalam menggunakan keterampilan proses diantaranya:
a)      Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar setiap siswa siap, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara lain: a) Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa maupun guru; b) Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya; c) kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/ saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film atau benda lain.
b)      Proses belajar mengajar, hendaknya selalu mengikutsertakan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Penerapan keterampilan proses hendaknya terlihat pada setiap atau beberapa komponen pengajaran, antara lain mengkaji kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok, mengembangkan kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, penentuan jenis penilaian, menentukan alokasi waktu serta menentukan sumber belajar     ( BSNP, 2006)

C.    Pendekatan STM/SETS (Sains Envirament Tecnologi and Society)
  1. Pengertian Pendekatan STM/SETS
Hakekat STM/SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan STM/SETS. Pendidikan STM/SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam STM/SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan  kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global dalam memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif untuk turut mencari pemecahannya.
Salah satu model belajar yang sering digunakan untuk mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi beserta dampaknya serta memasyarakatkan sains dan teknologi adalah dengan menerapkan model pembelajaran STM/SETS guna untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan sains dan teknologi dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sains dan teknologi.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat di terjemahkan dari bahasa inggris Science Technology Society. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat memiliki keterkaitan yang sangat erat karena masyarakat membutuhkan sains dan teknologi sebagai alat untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat. Jadi sains dan teknoligi diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat memiliki keterkaitan timbale balik, saling mengisi, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan saling mendukung dalam masyarakat.
Istilah SETS (Science Environment Technology and Society) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan salingtemas yang merupakan sains,lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam Tristanti, 2011:12) mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sains yang mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat sekitar.Pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains,perkembangan dan aplikasi konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatanini membahas tentang hal-hal yang bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapatdibahas, dan dapat dilihat. Menurut Podjiaji (dalam Tistanti) pembelajaran Sains LingkunganTeknologi dan Masyarakat pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitanantara sains teknologi dan masyarakat sekitar serta merupakan wahana untukmelatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sebagai akibat perkembangan sainsdan teknologi. Berdasarkan hal tersebut siswa diharapkan dapat menerapkanpembelaran sains dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membuat teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penerapan pendekatan SETS Fokus pendekatan SETS meliputi belajar di (in), untuk (for), tentang(about) lingkungan, dengan mencoba menemukan dan mengungkap penyebabpermasalahan serta kemungkinan yang dapat menyebabkan permasalahanlingkungan masa mendatang. Dalam hal ini diutamakan pada dampak-dampakyang timbul akibat sains dan teknologi dalam usaha pemenuhan kebutuhanmasyarakat. Pendekatan SETS menekankan pada peserta didik untuk learning to know,learning to do, learning to be, learning to live together. Siswa aktif dalampembelajaran dan guru berfungsi sebagai fasilitator.
Pendekatan STM ( Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat dan daerah lain di Indonesia.
Sedangkan menurut para tokoh lain bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi lebih berarti. Karena di dalam Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini berkatain dengankehidupan yang nyata, dimana dalam pembelajaran yang bersumber dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) disini siswa memilik perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh kepada kemampuan menyerap dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a)      Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.
b)      Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
c)      Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:
a)      Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
b)      Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.  
c)      Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
d)      secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan negatifnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu, di bidang ilmu pendidikan dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien. Materi pelajaranpun dikembangkan karena telah banyak perubahan yang terjadi atau telah banyak ditemukan pengetahuan yang lebih mendalam sebagai akibat dari perkembangan teknologi.

  1. Keunggulan Pendekatan STM/SETS
a)      Ditinjau dari segi pembelajaran yaitu:
F Menekankan keberhasilan siswa
F Menggunakan berbagai strategi
F Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
b)      Keunggulan Pendekatan STM/SETS ditinjau dari Segi Evaluasi
F ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
F perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan. 
F  kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi. 
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu siswa.

  1. Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan STM/SETS
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
a)      Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
b)      Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
c)      Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
d)      Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajarkan STM/SETS di Sekolah Dasar :
a)      Topik yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum dan dititik beratkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat.
b)      Hendaknya diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisah.
c)       Pemilihan materi ajar hendaknya yang dapat membawa peserta didik sadar ilmu pengetahuan (sains), mengeterapkan teknologi dan berbagai dampaknya terhadap lingkungan baik positif maupun negatif sehingga timbul kepedulian dan rasa tanggung jawab siswa dalam memecahkan masalah lingkungan dan masyarakat.
d)      Bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang relevan bagi siswa.
Adapun karakteristik pemebelajaran SETS menurut Yager dalam(Tristanti) sebagai berikut :
a)      Berawal dari identifikasi masalah lokal.
b)      Penggunaan sumber daya setempat.
c)      Keikutsertaan siswa aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d)     Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam pemecahan masalah.
e)      Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman memecahkan masalah yang telah diidentifikasi.
Berdasarkan karakteristik tersebut, guru hendaknya dapat menggiring siswa untuk berpikir aktif dalam upaya pemecahan masalah lokal yang berangkat dari pengalaman keseharian siswa. Penerapan SETS dalam pembelajaran oleh guru hendaknya dimunculkan berbagai variasi pemebelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Setiap siswa berpeluang untuk memunculkan solusi pemecahan masalah yang berbeda-beda.
Implikasi pendekatan STM/SETS Secara operasional menyusun tahapan pembelajaran sebagai berikut :
a)      Tahap invitasi; pada tahap ini guru memberikan isu/ masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat dipahami peserta didik dan dapat merangsang siswa untuk mengatasinya. Guru juga bisa menggali pendapat dari siswa yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas.
b)      Tahap eksplorasi; siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami atau mempelajari masalah yang diberikan.
c)      Tahap solusi; siswa menganalisis dan mendiskusikan cara pemecahan masalah.
d)      Tahap aplikasi; siswa diberi kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalamt tahap invitasi.
e)      Tahap pemantapan konsep; guru memberikan umpan balik/ penguatan terhadap konsep yang diperoleh siswa.

  1. Tujuan Pendekatan STM/SETS Dalam Pembelajaran Sains
Tujuan pendekatan STM/SETS adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendekatan STM/SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
Jadi tujuan utama pendekatan STM/SETS ialah bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan. STM/SETS sesungguhnya harus mampu menolong setiap negara di dunia untuk mewujudkan kemakmuran bagi semua warga negaranya.
Dalam memberikan pengantar pendekatan STM/SETS kepada peserta didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang  dengan kondisi yang ada untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama dengan temannya dalam proses pendekatan  SETS. Hal ini mengandung arti murid yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat.
Pendekatan STM/SETS harus dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari ‘Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat’ sebagai satu kesatuan. Maksudnya peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen-elemen dalam SETS. Pendekatan STM/SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi, masyarakat tetapi juga dampak positif / negatif yang diakibatkan oleh sains dan teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu sendiri.










BAB III
KESIMPULAN

Pendekatan STM/SETS adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menyadari akan produk serta dampak sains dan teknologi bagi masyarakat. Salah satu pendekatan pendekatan belajar yang sering digunakan untuk mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi beserta dampaknya serta masyarakat sains dan teknologi adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran STM/SETS. Pendekatan belajar ini dimaksudkan untuk menjebatani kesenjangan antara kemajuan dan teknologi dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sains dan teknologi.

Sains, teknologi dan masyarakat memiliki keterkaitan yang sangat erat karena masyarakat membutuhkan sains dan teknologi sebagai alat untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar