A.
Pendekatan
Pembelajaran IPA di SD
Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak, dimana
anak mulai masuk jenjang sekolah dasar, masa ini anak sudah matang untuk dapat
belajar di bangku sekolah dasar karena anak telah siap menerima
ketahapan-ketahapan baru dari lingkungannya.
Anak pada usia SD mempunyai karakteristi tersendiri
dalam hal ini harus dipahami oleh guru sehingga dalam proses pembelajaran
dikelas menjadi pertimbangan tersendiri, selain harus memahami
karakteristiknnya, guru juga harus memahami perkembangan intelektualnya, fungsi
dari fisiknya serta merefleksikannya didalam kelas ketika proses pembelajaran
terjadi. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi permasalahan dalam proses
pembelajaran.
Dalam
pembelajaran IPA terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran. Beberapa pendekatan yang bisa digunakan guru sebagai berikut:
1. Pendekatan Konsep; yaitu siswa dibimbing memahami suatu bahasan yang memahami
konsep-konsep yang terkandung di dalamnya.
2. Pendekatan Lingkunga; yaitu mengaitkan lingkungan dalam
suatu proses belajar mengajar.
3. Pendekatan Inquiri; yaitu membelajarkan siswa untuk
mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik,
yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian.
4. Pendekatan Proses; yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
atau langkah-langkah ilmiah seperti
melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
5. Pendekatan Interaktif; yaitu memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan
penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
6. Pendekatan Pemecahan Masalah; yaitu berhubungan dengan masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum
atau pengamatan
7. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat; yaitu siswa tidak hanya mempelajari
konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi
itu berperan di masyarakat.
8. Pendekatan Terpadu; yaitu memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
Adapun beberapa metode yang bisa
digunakan guru sebagai berikut:
1. Metode Ceramah; yaitu metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan
2. Metode Tanya Jawab; yaitu metode bertanya jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan sudah direncanakan
sebelumnya
3. Metode Diskusi; yaitu cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, sehingga
terjadi tukar-menukar gagasan atau pendapat
untuk memperoleh kesamaanderajat.
4. Metode Kooperatif; yaitu siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4 sampai 5 orang.
5. Metode Demonstrasi; yaitu cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu
proses kejadian, misalnya dalam pembelajaran transportasi pada tumbuhan.
6. Metode Karyawisata atau Widyawisata; yaitu cara penyajian dengan membawa
siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas.
7. Metode Penugasan yaitu guru memberi tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar.
8. Metode
Eksperimen yaitu cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan.
9. Metode
Bermain Peran yaitu pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu
situasi untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang suatu konsep.
B.
Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
1.
Pengertian Pendekatan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan
siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny,
1992).
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan
sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar
yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswanya (Depdikbud, 1986 dalam
Dimiyati dan Mudjiono, 2006).
Pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih
tinggi dalam diri individu siswa (Usman & Lilis Setiawati, 1993).
Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada
penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar
mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat
baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. Sejalan dengan
asumsi di atas, maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus
dialami oleh setiap siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa
yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh
karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan belajar mengajar yang harus
digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai konsekuensi dari
pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam
belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai
pencari informasi. Oleh karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu
mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau pengalamannya.
Menurut Rustaman et al. (2003) keterampilan
proses adalah keterampilan yang melibatkan :
a) keterampilan
kognitif (intelektual), melibatkan pikiran.
b) Pendekatan
manual, melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau
perakitan alat.
c) Sosial,
berinteraksi dengan sesama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
misalnya, mendiskusikan hasil pengamatan.
Pada pendekatan keterampilan
proses, tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses atau langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunkasikan.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang
sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksaksanaan
pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika
sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan
proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan
dan pengalaman siswa. Misalnya, sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih
dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya
tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep
yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian,
keberhasilan anak dalam belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses
adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap
permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti
permasalahannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006)
beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar adalah.
a) Pendekatan
keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan
dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b) Mengajar
dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja
dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang
ilmu pengetahuan.
c) Menggunakan
keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar
proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
2.
Keunggulan
Pendekatan Keterampilan Proses
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan
pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah
:
a) Siswa
terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran,
b) Siswa
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
c) Melatih
siswa untuk berpikir lebih kritis,
d) Melatih siswa
untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
e) Mendorong
siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
f) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah
3.
Prinsip-Prinsip Pendekata Keterampilan Proses
Dalam membahas
pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip tentang pendekatan tersebut
menjadi hal mutlak yang harus dipahami. Satu hal yang harus kita sepakati
bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya
produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan
lebih dari itu. Pembelajaran yang dilakukan juga diarahkan pada bagaimana
memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan terpenuhi.
Menurut Dimiyati dan mudjiono (2006) menyatakan
adanya berbagai keterampilan proses. Keterampilan tersebut terdiri atas:
a. Keterampilan
dasar (basic skill), menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi yang
lebih kompleks.
b. Keterampilan
terintegrasi (integrated skills), ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan
penelitian.
Keterampilan dasar (basic skill), menjadi landasan untuk
keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks diantaranya :
1) Mengamati
Merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan
peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Kemampuan mengamati merupakan
keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain.
2)
Mengklasifikasikan
Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek
peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan
golongan/kelompok sejenis dari peristiwa yang dimaksud.
3)
Mengkomunikasikan
Dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara
visual.
4)
Mengukur
Dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan.
5)
Memprediksi
Dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta,
konsep dan prinsip ilmu pengetahuan.
6)
Menyimpulkan
Dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan
terhadap suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan.
Keterampilan terintegrasi (integrated skills), ketrampilan
yang diperlukan untuk melakukan penelitian
1) Mengenali variabel
Sebelum melakukan penelitian, mengenal variabel merupakan
hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Ada variabel termanipulasi dan
variabel terikat. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan
hipotesis penelitian.
2)
Membuat
tabel
Keterampilan membuat tabel dapat diartikan sebagai kemampuan
menyajikan data yang diperlukan pada penelitian.
3)
Membuat
grafik
Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data
untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan
variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis
sepanjang sumbu vertikal.
4)
Menggambarkan
hubungan antar-variabel
Keterampilan menggambarkan hubungan antar-variabel dapat
diartikan sebagi kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel
termanipulasi dengan variabel hasil atau hubungan antara variabel-variabel yang
sama.
5)
Mengumpulkan
dan mengolah data
Kemampuan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan
memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informsi lain dengan cara
lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara
kuantitatif atau kualitatif sebagi dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.
6)
Menganalisis
penelitian
Keterampilan menganalis penelitian merupakan kemampuan
menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap
unsur-unsur penelitian.
7)
Menyusun
hipotesis
Menyusun hipotesis dapat diartikan sebagi kemampuan untuk
menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang
terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga
akan timbul.
8)
Mendefinisikan
variabel
Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional
dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta atribut
sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda.
9)
Merancang
penelitian
Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam
penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis
yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian
yang dilaksanakan.
10)
Bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk
megadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau
menolak ide itu
Sudjana (2004) menyatakan
bahwa ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan
pendidikan disekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan
pengajaran atau proses belajar dan mengajar. Guru menempati kedudukan sentral,
sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan
menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian
mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran
di sekolah. Pengajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum. Pengajaran
disekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan
belajar yang diatur untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan bahan
pengajaran adalah uraian atau deskripsi dari pokok bahasan, yakni penjelasan lebih
lanjut makna dari setiap konsep yang ada di dalam pokok bahasan. Kehadiran guru
dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan
penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun.
Dalam sistem belajar mengajar yang sifatnya klasikal (bersama-sama dalam satu
kelas) guru harus berusaha agar proses belajar mengajar mencerminkan komunikasi
dua arah. Mengajar bukan semata-mata merupakan pemberian informasi seraya tanpa
mengembangkan kemampuan mental, fisik dan penampilan. Oleh karena itu, proses
belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk
mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan apa yang telah
diperoleh dalam proses belajar tersebut.
Upaya mengoptimalisasikan kegiatan belajar-mengajar perlu dilakukan
sejak perencanaan hingga evaluasi belajar-mengajar. Untuk itu diperlukan adanya
kemauan dan kemampuan guru dalam mengupayakan optimalisasi kegiatan
belajar-mengajar. Salah satu optimalisasi dalam kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
4.
Kemampuan yang di Kembangkan dalam
Keterampilan Proses
Usman & Lilis Setiawati (1993)
dalam bukunya upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar, menyatakan
bahwa ada tujuh kemampuan yang
dikembangkan dalam pendekatan keterampilan proses antara lain:
a) Pengamatan
yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan
indera
b) menggolongkan
(mengklasifikasikan) yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep,
nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau
persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan
c) menafsirkan
(menginterpretasikan) yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda,
kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen
d) meramalkan
yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecendrungan pola tertentu, hubungan
antardata atau informasi
e) menerapkan
(aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan,
konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat
dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
f) Merencanakan
penelitian yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil
tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini
pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang dibina
g) Mengomunikasikan
yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain
dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.
5. Langkah-langkah Pendekatan Keterampilan
Proses
Suryosubroto (2002), menyatakan
bahwa ada langkah-langkah yang harus dilalui oleh seorang guru dalam
menggunakan keterampilan proses diantaranya:
a)
Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan
siswa pada pokok permasalahan agar setiap siswa siap, baik secara mental,
emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara lain: a)
Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa maupun guru; b)
Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya; c) kegiatan-kegiatan yang menggugah
dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/ saran siswa,
menunjukkan gambar, slide, film atau benda lain.
b)
Proses belajar mengajar, hendaknya
selalu mengikutsertakan siswa secara aktif guna mengembangkan
kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan,
meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian,
serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Penerapan keterampilan
proses hendaknya terlihat pada setiap atau beberapa komponen pengajaran, antara
lain mengkaji kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok, mengembangkan
kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, penentuan
jenis penilaian, menentukan alokasi waktu serta menentukan sumber belajar ( BSNP, 2006)
C. Pendekatan
STM/SETS (Sains Envirament Tecnologi and
Society)
- Pengertian Pendekatan STM/SETS
Hakekat STM/SETS dalam pendidikan merefleksikan
bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan
STM/SETS. Pendidikan STM/SETS harus mampu membuat peserta didik yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan
tiap-tiap elemen dalam STM/SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah
yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan.
Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang
berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu
global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir
secara global dalam memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional
sesuai dengan kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing
untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan
aktif untuk turut mencari pemecahannya.
Salah satu model belajar yang sering digunakan untuk mengantisipasi kemajuan
sains dan teknologi beserta dampaknya serta memasyarakatkan sains dan teknologi
adalah dengan menerapkan model pembelajaran STM/SETS guna untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan sains dan teknologi dan kebutuhan masyarakat
sebagai pengguna sains dan teknologi.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat di terjemahkan dari bahasa inggris Science Technology Society. Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung
antara sains dan masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat memiliki
keterkaitan yang sangat erat karena masyarakat membutuhkan sains dan teknologi
sebagai alat untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat. Jadi
sains dan teknoligi diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang sedang
berkembang di masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat memiliki keterkaitan
timbale balik, saling mengisi, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan
saling mendukung dalam masyarakat.
Istilah SETS (Science Environment Technology
and Society) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan salingtemas yang
merupakan sains,lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam Tristanti,
2011:12) mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran sains yang mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
sekitar.Pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui
sains,perkembangan dan aplikasi konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatanini membahas tentang hal-hal yang bersifat nyata, yang dapat
dipahami, dapatdibahas, dan dapat dilihat. Menurut Podjiaji (dalam Tistanti)
pembelajaran Sains LingkunganTeknologi dan Masyarakat pada dasarnya memberikan
pemahaman tentang kaitanantara sains teknologi dan masyarakat sekitar serta
merupakan wahana untukmelatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sebagai akibat
perkembangan sainsdan teknologi. Berdasarkan hal tersebut siswa diharapkan
dapat menerapkanpembelaran sains dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk
membuat teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penerapan pendekatan SETS Fokus pendekatan SETS
meliputi belajar di (in), untuk (for), tentang(about) lingkungan, dengan
mencoba menemukan dan mengungkap penyebabpermasalahan serta kemungkinan yang
dapat menyebabkan permasalahanlingkungan masa mendatang. Dalam hal ini
diutamakan pada dampak-dampakyang timbul akibat sains dan teknologi dalam usaha
pemenuhan kebutuhanmasyarakat. Pendekatan SETS menekankan pada peserta didik
untuk learning to know,learning to do, learning to be, learning to live
together. Siswa aktif dalampembelajaran dan guru berfungsi sebagai fasilitator.
Pendekatan
STM ( Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru
diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan
dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat dan daerah lain di Indonesia.
Sedangkan menurut para tokoh lain bahwa pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang
dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi lebih berarti. Karena di
dalam Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini berkatain dengankehidupan yang
nyata, dimana dalam pembelajaran yang bersumber dari pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) disini siswa memilik perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan
pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebayanya berpengaruh kepada kemampuan menyerap dan perilaku belajar.
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan
pergaulan juga mengalami perubahan lingkungan budaya siswa yang berupa surat
kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa ke semua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi
belajar. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi
yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan
perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Dari penjelasan
di atas dapat dijelaskan beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a)
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan
bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan
teori. Untuk mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan
memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.
b)
Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini
berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa
memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta,
konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
c)
Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan
memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan
siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila
dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat
macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:
a)
Menyadari
hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
b)
Mengerti dan
mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat
perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
c)
Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan
teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti
lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi
dan lain-lain.
d) secara
realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi
positif dan negatifnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
itu, di bidang ilmu pendidikan dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang
lebih sesuai, efektif dan efisien. Materi pelajaranpun dikembangkan karena
telah banyak perubahan yang terjadi atau telah banyak ditemukan pengetahuan
yang lebih mendalam sebagai akibat dari perkembangan teknologi.
- Keunggulan Pendekatan
STM/SETS
a) Ditinjau
dari segi pembelajaran yaitu:
F Menekankan keberhasilan
siswa
F Menggunakan
berbagai strategi
F Menyadarkan
guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber
informasi.
b) Keunggulan
Pendekatan STM/SETS ditinjau dari Segi Evaluasi
F ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
F perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga
diperhatikan.
F
kualitas
efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam
membantu siswa.
- Langkah-Langkah Penerapan
Pendekatan STM/SETS
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM), yaitu:
a)
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan
eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat
dan dapat diamati oleh siswa.
b)
Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun
atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan
diskusi.
c)
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah
yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran
berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
d) Tahap
pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi
kesalahan konsep pada siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajarkan
STM/SETS di Sekolah Dasar :
a)
Topik yang dipilih hendaknya
memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum dan dititik beratkan pada
keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat.
b)
Hendaknya diberikan materi pengajaran
yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisah.
c)
Pemilihan materi ajar hendaknya yang dapat
membawa peserta didik sadar ilmu pengetahuan (sains), mengeterapkan teknologi
dan berbagai dampaknya terhadap lingkungan baik positif maupun negatif sehingga
timbul kepedulian dan rasa tanggung jawab siswa dalam memecahkan masalah
lingkungan dan masyarakat.
d)
Bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains,
teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang relevan bagi siswa.
Adapun karakteristik pemebelajaran SETS
menurut Yager dalam(Tristanti) sebagai berikut :
a)
Berawal dari identifikasi masalah lokal.
b)
Penggunaan sumber daya setempat.
c)
Keikutsertaan siswa aktif dalam mencari
informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
d)
Penekanan pada keterampilan proses yang
dapat digunakan siswa dalam pemecahan masalah.
e)
Adanya kesempatan bagi siswa untuk
memperoleh pengalaman memecahkan masalah yang telah diidentifikasi.
Berdasarkan karakteristik
tersebut, guru hendaknya dapat menggiring siswa untuk berpikir aktif dalam
upaya pemecahan masalah lokal yang berangkat dari pengalaman keseharian siswa.
Penerapan SETS dalam pembelajaran oleh guru hendaknya dimunculkan berbagai
variasi pemebelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tersebut. Setiap siswa berpeluang untuk memunculkan
solusi pemecahan masalah yang berbeda-beda.
Implikasi pendekatan STM/SETS
Secara operasional menyusun tahapan pembelajaran sebagai berikut :
a)
Tahap invitasi; pada tahap ini
guru memberikan isu/ masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat
sekitar yang dapat dipahami peserta didik dan dapat merangsang siswa untuk
mengatasinya. Guru juga bisa menggali pendapat dari siswa yang ada kaitannya
dengan materi yang akan dibahas.
b)
Tahap eksplorasi; siswa melalui
aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami atau mempelajari masalah yang
diberikan.
c)
Tahap solusi; siswa
menganalisis dan mendiskusikan cara pemecahan masalah.
d)
Tahap aplikasi; siswa diberi
kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa
mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalamt tahap
invitasi.
e)
Tahap pemantapan konsep; guru
memberikan umpan balik/ penguatan terhadap konsep yang diperoleh siswa.
- Tujuan Pendekatan STM/SETS Dalam Pembelajaran Sains
Tujuan pendekatan STM/SETS adalah
untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains,
teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta
teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendekatan STM/SETS
berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains,
teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan
sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam
penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak
yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk
melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada
teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan
secara timbal balik.
Jadi tujuan utama pendekatan STM/SETS ialah
bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka
bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek
kehidupan. STM/SETS
sesungguhnya harus mampu menolong setiap negara di dunia untuk mewujudkan
kemakmuran bagi semua warga negaranya.
Dalam memberikan
pengantar pendekatan STM/SETS kepada
peserta didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau
konsep pembelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari
pendidikan SETS itu sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang
siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara
lebih nyata dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru
hendaknya tidak merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang
dengan kondisi yang ada untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului
kemampuan muridnya dengan tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya
diketahui lebih cepat dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru
menjadi tidak suka atau antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah
setiap murid secara perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang
dimilikinya untuk bekerja sama dengan temannya dalam proses pendekatan SETS. Hal ini
mengandung arti murid yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial
masyarakat.
Pendekatan STM/SETS harus
dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari ‘Sains, Lingkungan,
Teknologi, Masyarakat’ sebagai satu kesatuan. Maksudnya peserta didik harus
selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen-elemen dalam SETS. Pendekatan STM/SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi,
masyarakat tetapi juga dampak positif / negatif yang diakibatkan oleh sains dan
teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu
sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan STM/SETS adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan agar
siswa menyadari akan produk serta dampak sains dan teknologi bagi masyarakat.
Salah satu pendekatan pendekatan belajar yang sering digunakan untuk
mengantisipasi kemajuan sains dan teknologi beserta dampaknya serta masyarakat
sains dan teknologi adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran STM/SETS.
Pendekatan belajar ini dimaksudkan untuk menjebatani kesenjangan antara
kemajuan dan teknologi dengan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sains dan
teknologi.
Sains, teknologi dan masyarakat memiliki keterkaitan yang sangat erat
karena masyarakat membutuhkan sains dan teknologi sebagai alat untuk memudahkan
dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar