2.1. HAKEKAT ASSESMEN
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam
proses pembelajaran di bidang studi apapun. Asesmen adalah proses pengumpulan
informasi guna membuat keputusan (Anderson, 2003:xi). Popham (1995:3)
mempertegas, bahwa ‘Educational assessment is a formal attempt to determine
students’ status with respect to educational variables of interest’.
Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian
aktivitas yang dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari para pebelajar. Asesmen dapat
juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi
untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh
pebelajar dari pengalaman-pengalamannya (Huba dan Freed, 2000:8). Tindakan
asesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Semakin meningkat
jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari asesmen tentang nasib pebelajar,
semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam jangka panjang. Pengajar
harus serius dalam mengemban masalah asesmen ini (Anderson, 2003:15).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4(empat) hal pokok terkait
dengan tindakan asesmen:
·
asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis,
·
tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah
untuk menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa,
·
asesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada
strategi mengajar yang efisien dan tepat, dan
·
asesmen pada dasarnya merupakan proses yang
berlangsung terus-menerus.
Simpulan ini
sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal
1 angka 17 menetapkan bahwa asesmen (dalam PP disebut sebagai
penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik.
2.2. TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP ASSESMEN
A. Tujuan Assesmen
Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
1)
mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam
belajar,
2)
memonitor kemajuan siswa,
3)
menentukan jenjang kemampuan siswa,
4)
menentukan efektivitas pembelajaran,
5)
mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas
pembelajaran,
6)
Mengevaluasi
kinerja guru kelas, dan
7)
Mengklarifikasi
tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
B. Fungsi Assesmen
Fungsi
assesmen dalam pembelajaran IPA
diantaranya:
1)
Sebagai alat untuk
merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajaran IPA di kelas.
2)
Sebagai alat komunikasi
dengan murid-murid,
administrator dan orang tua murid, tentang pentingnya IPA.
3)
Sebagai
alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
4)
Sebagai alat untuk
memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA
C. Prinsip-prinsip Assesmen
1)
Proses
yang transparan
2)
Memiliki
validitas
3)
Dapat
dipercaya
4)
Fleksibel
5)
Berkeadilan
6)
Praktis
7)
Sahih
dan Handal
Sahih berarti soal atau tugas yang dikerjakan peserta
diklat harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dinilai.
8)
Adil
Penilaian harus adil untuk semua peserta diklat.
Artinya penilaian tidak menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok
peserta diklat yang dinilai.
9)
Terbuka
10)
Menyeluruh.
11)
Terpadu
12)
Berkesinambungan/Berkelanjutan
13)
Bermakna
2.3. BENTUK-BENTUK ASSESMEN
v Assesment/Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif adalah penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut.
Ada beberapa sub unit yang dibahas dalam materi
alternatif assessment yaitu hakikat alternatif assessment dan strategi
alternatif assessment.
1.
Hakikat
Alternatif Assessment.
Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan
paper and pencil
test atau tes standar atau penilaian konvensional/tradisional. dalam melakukan penilaian guru
memerlukan instrument selain paper and pencil test, nah berarti kita butuh
instrument yang lain atau alternative. Alternative assessment bukan
menghilangkan penilain paper and pencil test, tetapi bentuk assessment yang
lain dan dapat mengukur kemampuan siswa yang tidak dapat dijangkau dengan
penilaian konvensional.
2.
Strategi
Alternatif Assessment
Strategi-strategi assessment yang digunakan dalam
melakukan assessment berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja
(Performance Assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan
(Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek
((Project), investigasi/penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio),
Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa
(Self Eevaluation), tes buatan siswa.
Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif
(alternative assessment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen
konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik
dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Dalam
beberapa literatur, asesmen alternatif ini kadang-kadang disebut juga asesmen
autentik (authentic assessment), as-esmen portofolio (portfolio assessment)
atau asesmen kinerja (performsnce as-sessment).
·
Performance
Assessment sebagai Asesment Alternatif
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat
menentukan ke-berhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses
pem-belajaran. Pemilihan metode
asesmen harus didasarkan pada target infor-masi yang ingin dicapai. Informasi
yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Ada lima kategori target
hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang
akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah:
1)
Knowledge
Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata
pelajaran.
2)
Reasoning
Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-gunakan pengetahuannya
dalam melakukan nalar (reason) dan meme-cahkan suatu masalah.
3)
Skill
Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan
keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.
4)
Product
Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada
penguasaan pengetahuan.
5)
Affective
Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan
mengaplikasikan pengetahuan.
Untuk lima kategori hasil belajar di atas ada empat
jenis metode asesmen dasar. Keempat metode tersebut adalah:
1)
Selected Response Assessment, termasuk ke
dalamnya pilihan ganda (multi-ple-choice items), benar-salah (true-false
items), menjodohkan atau menco-cokkan (matching exercises), dan isian singkat
(short answer fill-in items).
2)
Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa
diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa
paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut.
3)
Performance Assessment, merupakan
pengukuran langsung terhadap pres-tasi yang ditunjukkan siswa dalam proses
pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan
evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk
ditunjukkan oleh siswa.
4)
Personal Communication Assessment,
termasuk ke dalamnya adalah per-tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama
pembelajaran, wawan-cara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut
munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.
·
Penilaian
Alternatif dalam Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian terhadap
siswa tidak hanya mencakup penilaian perubahan atau perkembangan perilaku
belajar setelah siswa menempuh suatu pelajaran tertentu. Penilaian terhadap
perubahan dan perkembangan diri siswa dalam proses pembelajaran seharusnya juga
mencakup : kecakapan dan pengetahuan awal (prior knowledge), aktivitas dan
kecakapan yang tampak pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung di
kelas, dan aktivitas pengetahuan / kecakapan siswa yang dilaksanakan dan
diperoleh di luar kelas atau di lingkungan hidup sehari-hari.
Format penilaian
alternatif berupa “portfolio, presentasi oral dan debat, laporan tertulis dan
interview” dan penjelasannya sebagai berikut. “Portfolio” adalah format
penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai ketrampilan, pengalaman
dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh siswa dalam proses belajar.
Portfolio dapat berisi : hasil tes, laporan praktikum, laporan tugas diluar
kelas, hasil pekerjaan dari tugas-tugas di kelas dan di rumah, catatan hasil
kegiatan mandiri yang terkait dengan bahan pelajaran di sekolah. Portofolio
sangat berguna bagi guru karena tidak semua assessment dapat dilakukan dan
hasilnya tidak dapat diadministrasikan secara langsung oleh guru. Portfolio
dapat dibuat oleh guru untuk setiap individu atau kelompok siswa. Disamping itu
guru juga dapat meminta kepada siswa untuk membuat portfolio untuk kegiatan dan
hasil kegiatan yang dilakukan sendiri baik kegiatan yang ada di dalam kelas
maupun kegiatan yang ada di luar kelas. Hal ini dimaksudkan dengan portofolio
guru dapat meniali kegiatan, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman siswa baik
yang teramati sendiri maupun tidak, baik terhadap kegiatan di dalam kelas
maupun di luar kelas, karena portofolio berguna untuk memonitor dan menilai
ketrampilan, pengalaman, dan pengetahuan siswa pada unit-unit pembelajaran satu
konsep, setengah semester, satu semester atau satu tahun.
Format yang
berikutnya adalah “presentasi oral dan debat” adalah format penilaian untuk
memonitor dan menilai ketrampilan atau kecakapan siswa dalam mengkomunikasikan
pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara lisan. Dalam mengkomunikasikan
secara lisan sebaiknya dilakukan seseorang siswa atau sekelompok siswa kepada
teman sekelas. Agar terjadi interaksi antar siswa, presentasi oral perlu
disertai dengan debat atau tanya jawab antara penyaji dengan siswa lain. Dalam
presentasi oral dan debat guru dapat menilai ketrampilan berbicara, penguasaan
konsep atas materi yang disajikan, ketrampilan logika dan ketrampilan menjawab
pertanyaan, ketrampilan menerima pendapat orang lain.
Selain format
portofolio dan format presentasi oral, format berikutnya adalah “laporan
tertulis” yaitu laporan yang dibuat oleh siswa secara tertulis mengenai ketrampilan,
pengelaman dan pengetahuan setelah menyelesaikan tugas tertentu. Penilaian
terhadap laporan tertulis dapat meliputi kebenaran penguasaan konsep, kebenaran
/ ketepatan prosedur pelaksanaan tugas, kebenaran prosedur penulisan laporan,
kebenaran penulisan data dan analisis data serta kebenaran penarikan
kesimpulan, sedangkan format yang terakhir adalah “interview” yaitu penilaian
terhadap ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan siswa melalui wawancara.
Kegiatan wawancara dapat dilakukan oleh guru, juga dapat dilakukan. Penilaian
autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah
mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.
Adapun bentuk-bentuk
penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas kelompok,
demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara lain,
portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks
belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas
tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar
sekaligus memberikan kesempatan luas untuk berkembang serta memotivasi siswa.
Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada
proses siswa sebagai pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk
melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok,
dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan projek. Kegiatan ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan
gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Is dari projek
akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini
dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk
kelompok projek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan
siswa. Demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain
mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan
evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok
untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.
v Asesment/Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang
merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam
pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu
masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain,
assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam
kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia
nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor
dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif,
afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu
proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan
perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian
autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional
(multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi
menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau
mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.
Format penilaian ini dapat berupa :
1)
Tes
yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on
penilaian),
2)
Tugas
(tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi
terintegrasi),
3)
Format
rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek,
presentasi oral dan debat).
Beberapa
pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah :
1)
Melibatkan
siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan
nyata siswa,
2)
Tampak
dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional,
3)
Melibatkan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas,
4)
Menyadarkan
siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e) merupakan alat
penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat penilaian yang
distandarisasikan,
5)
Berpusat
pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan
6)
Dapat
menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar belakang
kulturalnya.
Penilaian autentik
secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual (nyata) siswa dalam
hal-hal tertentu. Penilaian autentik juga dikenal dengan
istilah penilaian “performance”, “approprite”, “alternative” atau
“direct”. Pada pengertian lain, penilaian autentik merupakan penilaian
yang berusaha mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa
dengan cara menerapkan pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik mendorong siswa dan merupakan
refleksi kegiatan pengajaran yang baik. Sedang pada pengertian autentik,
sebagai bagian dari penilaian performance, autentik berarti realistis atau
berhubungan dengan aplikasipada kehidupan nyata. Penilaian autentik merupakan
bagian dari penilaian performance (alternatif) yang berusaha mengukur atau
menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Sedang penilaian
performance merupakan kegiatan penilaian yang meminta siswa untuk mengkonstruk
respon, menghasilkan produk atau menunjukkan hasil suatu kegiatan
(demonstrasi).
Authentic assessment
membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya
penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi
kehidupan nyata. Kinerja yang bermakna diberbagai lingkup dunia nyata lebih
dapat menangkap kekayaan pemahaman anak didik tentang bagaimana mereka dapat
menerapkan pengetahuan ini daripada yang dapat dilakukan dengan menguji "bits
and pieces" seperti yang dilakukan dengan prosedur-prosedur asesmen
konvensional. Contoh-contoh asesmen autentik termasuk mendemonstrasikan hasil
karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show
(pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk
kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam
debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau
orang tua.
v Assessment Konvensional
Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur
asesment konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces".
Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain :
multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan
mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran,
nampak ada ketidaksesuaian antara pembelajaran di sekolah dengan sistem
penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama
ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya
tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan
secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun
sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena belum memahami
prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran
yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering
diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan
penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau pelatihan yang secara khusus
membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan
di tingkat satuan pendidikan, sebagian besar.
v Jenis-jenis asesmen menurut tujuan:
Jenis asesmen
|
Saat asesmen
|
Alasan asesmen
|
Cara pelaksanaan asesmen
|
Diagnostik
|
Sebelum pembelajaran
|
Mendeteksi kebutuhan murid
Medeteksi miskonsepsi, dan apa–apa yang sudah
dan apa–apa yang belum diketahui murid
|
Empat
cara:
a. tes tertulis (tes pensil &
dan kertas)
b. laporan tertulis proyek yang di
kerjakan murid
c. porto folio
d. observasi dan kinerja murid
|
Formatif
|
Selama pembelajaran
|
Untuk mendapatkan balikan segera untuk
memodifikasi pembelajaran konsep, atau membimbing murid dalam menyelesaikan
tugas
|
|
Sumatif
|
Setelah pembelajaran
|
Untuk mengumpulkan nilai, mengases beberapa
banyak yang di serap murid
|
·
Peranan Asesmen
a.
Asesmen Diagnostik, dilakukan dengan cara :
- tes tertulis
dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini disebut (prates atau
pretes) dan
- tes lisan
Dari data tes tersebut maka dapat membantu guru
mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang studi IPA,
membantu guru melihat apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam belajar
atau tidak dan memberi imformasi tentang perbedaan-perbedaan
cara belajar murid-murid.
Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
1)
mengajak siswa menjadi rekan
yang aktif dalam proses pembelajaran dan mulailah membiasakan sedikit demi
sedikit melepaskan mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendekar
yang aktif.
2)
mengajak siswa menetapkan
tujuan pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan selalu menginformasikan
kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
3)
membimbing siswa agar
menjadi mandiri dalam belajar dan dilihat dimana / bagaimana prestasi akademis
pada saat ini dan pada masa mendatang.
4)
menunjukan bahwa kita benar-benar
peduli akan keberhasilan mereka.
b.
Asesmen Formatif dalam
pembelajaran
Asesmen formatif kadang-kadang
diperlukan ditengah-tengah pembelajaran. Bila guru mengalami konsep-konsep
yang sukar, maka diadakan asesmen mendapatkan data bagaimana caranya memoditikasi
sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Asesmen ini juga dapat dilaksanakan
bila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Jenis tes yaitu
berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid terutama untuk
penguasaan keterampilan proses IPA.
c.
Asesmen Sumatif dalam
pembelajaran
Asemen ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
akhir untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat
dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan
berikutnya. Peranan asesmen ini erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran
tujuan pembelajaran yang jelas akan memudahkan perancangan asesmen.
Menurut
Bloom enam tingkat intelegensia dalam ranah koknitif yaitu:
1)
pengetahuan tentang
fakta–fakta dan prinsip–prinsip
2)
pemahaman (memahami
fakta–fakta dan ide–ide)
3)
penerapan (menerapkan fakta
dan ide pada situasi baru)
4)
analisa (memecahkan/membagi
konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubunganya satu sama
lain)
5)
sintesa (mengumpulkan
fakta–fakta dan ide–ide )
6)
Evaluasi (mementukan nilai
dari fakta–fakta
dan ide–ide )
Dua tingkat intelegensi yang pertama yaitu
pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongn pikir tingkat rendah, sedangkan
keempat tingkat intelegensi berikutnya dikategorikan dalam golongan berpikir
tingkat tinggi. Menurut hasil penelitian guru – guru hanya menuntut para
murid-muridnya, penguasaan berpikir tingkat rendah yaitu pengetahuan yang
memerlukan hafalan belaka. Aspek – aspek penerapan, analisa, sintesa dan
avaluasi hampir selalu diabaikan.
2.4. KARAKTERISTIK ASSESMEN UNTUK DI SD
Setiap peserta didik mempunyai karakter berbeda, dari
tingakatan kelas rendah yang mencangkup kelas satu, dua dan tiga, tingakatan
kelas tinggi yang mencangkup kelas empat, lima dan enam. Berikut karaktertistik
assesmen untuk di Sekolah Dasar dlihat dari berbagai jenis assesmen
(penilaian):
v Ciri-ciri penilaian antara lain:
a) Belajar
tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan
mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yang benar dan hasil yang baik. Guru harus mempertimbangkan antara
waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang
tersedia di bawah kontrol guru (Depdiknas, 2006:4). Peserta didik dalam belajar
lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil
jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan
metode dan materi yang berurutan mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.
b) Penilaian
Otentik
Proses penilaian harus merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Proses penilaian
mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik
dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
Penilaian bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
c) Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
d) Acuan
kriteria / patokan
Prestasi kemampuan peserta didik
tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang
dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan.
e)
Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai
cara dan alat penilaian. Agar tujuan tercapai, guru harus menggunakan berbagai
metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar
tertentu mungkin cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan
dan pengalaman belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif
dinilai dengan unjuk kerja.
·
Ciri-ciri penilaian konvensional
a)
Penilaian Normatif.
b)
Terfokus pada isi materi.
c)
Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
d)
Berbasis waktu.
e)
Kecepatan belajar kelompok.
f)
Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
g)
Pendekatan
pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
h)
Feedback
penilaian terlambat/tidak ada.
·
Karakteristik
autentik assessment:
a)
Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b)
Bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif.
c)
Yang
diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
d)
Berkesinambungan.
e)
Terintrgrasi.
f)
Dapat
digunakan sebagai feed back
·
Ciri-ciri assesment
authentic sebagai berikut:
a)
Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai
dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik
dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen,
sintaksis, dan kosa kata.
b)
Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak
ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai
secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta
didik.
c)
Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian
yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima
secara nyata (real).
Dalam
implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik.
Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik,
yaitu:
- Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah
siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata
lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat
dilakukan oleh siswa.
- Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah
target atau sasaran pembelajaran secara langsung.
- Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa
mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau
mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda
biasa.
2.5. CONTOH ASSESMEN IPA DI SD
A.
Asesmen dalam ranah Kognitif
Cara–cara pelaksanaan
asesmen dalam ranah kognitif :
·
mempergunakan tes tertulis
atau tes pensil dan kertas
·
mempergunakan opservasi guru
atas kinerja murid.
·
mempergunakan tes gambar–gambar yang dibubuhi
sedikit tulisan atau kata–kata.
·
mempergunakan jurnal murid–murid.
·
mempergunakan peta konsep dan yang penting tidak
umum dilakukan tetapi ada baiknya dicoba adalah portofolio.
B.
Asesmen untuk kategori berpikir Tingkat Tinggi
Yang termasuk kategori tingkat tinggi menurut
Bloom adalah aspek–aspek penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam aspek
penerapan, murid mempergunakan ilmu pengetahuan yang sudah di milikinya
untukditerapkan dalam situasi baru yang berbeda dengan situasi yang dikenalnya.
Pada dasarnya kita meminta/memeriksa apakah murid–murid benar memahami suatu
konsep sehingga dapat menerapkan dalam konteks yang lain.
Contoh: Kamu sudah mempelajari bahwa antara
makluk hidup ada saling ketergantungan.
Terapkanlah
pengetahuanmu pada situasi berikut ini :
1.
Pernyataan
berikut ini adalah salah “ menembak burung–burung kecil adalah suatu cara
untuk olahraga yang menyenangkan “
2.
Bagaimanakah
yang benar?
3.
Apa yang kamu
lakukan bila ada orang–orang yang menembaki burung–burung dihalamanmu?
Asesmen keterampilan menganalisis melibatkan
pemecahan ide atau pemenggalan ide, kemudian murid ditanya apakah mereka
memahami hubungan antara pengalaman. Gambar–gambar kartun, grafik,
gambar–gambar tanpa kita dapat dipakai untuk menjadi keterampilan menganalisis.
· Aspek
menganalisis terbagi atas analisa unsur–unsur dan analisa
sebab-akibat
·
Asesmen aspek evaluasi
memerlukan penggabungan antara aspek pengetahuan, aspek pemahaman, penerapan,
analisa, dan aspek sintesa untuk menunjukan suatu penilaian
C.
Asesmen dalam ranah Afektif
Ranah koknitif meliputi pengetahuan-pengetahuan
dan pemahaman secara intelektual. Menurut Bloom ranah afektif mencakup
perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi. Hal ini erat hubungannya dengan
perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Cara lain untuk mengetahui perasaan murid adalah dengan
menggunakan daftar pilihan.
Contoh
:
Berilah
tanda V di antara kata yang berlawanan di bawa ini
IPA
Menyenangkan.....................................................................membosankan
Baik
.....................................................................................buruk
Berguna................................................................................tidak
berguna
Mudah
.................................................................................sulit
Rumit
...................................................................................sederhana
Diperlukan............................................................................tidak
diperlukan
D.
Asesmen dalam ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menekankan
keterampilan–keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda–benda atau
alat–alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA. Untuk ranah psikomotor
kita dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan pembelajaran.
Contoh
pengamatan kinerja murid dan skala penilaian.
Tujuan tingkah laku pembelajaran
|
Selalu
|
Kadang
|
Tak pernah
|
Berhati–hati mengenai
mikroskop
|
|||
Membersikan lensa dengan
benar
|
|||
Menfokuskan lensa dengan
benar
|
|||
Menyediakan dan meletakan
selinder dengan benar
|
|||
Mengatur kaca agar
mendapatkan sinar dengan cepat
|
v Hal–hal
berikut yang dipakai dalam penilaian dalam ranah psikomotor:
1. belajar
dengan alat–alat IPA sederhana misalnya thermometer, timbangan, mistar ukur ,
gelas ukur, stop watch.
2. untuk
kinerja keterampilan laboratorium dan prosedur misalnya: menyaring sat, memakai
mikroskop.
3. mengumpulkan
dan merekam data dalam tabel, charta dan grafik yang dibuat sendiri–sendiri
oleh murid.
4. mendesain
suatu percobaan dan melaksanakanya misalnya: bagaimana caranya membuat tablet
ini melarut dengan cepat?
5. mengajukan
pertanyaan–pertanyaan yang dapat dites.
6. unjuk
kinerja dengan alat-alat atau bahan-bahan untuk
mendemonstrasikan pemahaman konsep-knsep dan hubungan antara
konsep misalnya pemahaman hubungan sirkuit listrik, atau pemahaman hubungan
antara masa, volume dan kerapatan suatu obyek.
7. membuat
model yang menunjukan gejala alam misalnya sel, system tata surya atau struktur
geologi.
8. mengkomunikasikan
proses percobaan baik berupa tulisan induvidual maupun kerja kelompok.
Kelemahan dari asesmen: 1) Perlu alat–alat atau bahan–bahan untuk diotak atik, 2) Perlu tempat khusus untuk pelaksanaan, 3)
Persiapan dan pembersihan sesudah
pelaksanaan asesmen, 4) Waktu
yang diperlukan untuk pelaksanaannya elatif lama , 5) Hanya sedikit dari materi pembelajaran yang
dapat dites, 6) Hanya sedikit
dari murid–murid yang dapat ditentukan waktunya menyelesaikan asesmen.
E. Teknik Asesmen Proses dan Hasil
Belajar
Untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan
teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases proses belajar maupun hasil
belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Setidaknya ada tujuh ragam teknik yang dapat
digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Ø Unjuk Kerja
Penilaian
unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment)
merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki dalam
berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi;
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi
peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat
musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium;
praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu
alat.
Ø Penugasan
Penugasan
adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan
(investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut
dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai
keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang
tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan
kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
Ø Portofolio
Portofolio
merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang
dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan
yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan
spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari,
evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.
Contoh Instrumen
penilaian unjuk kerja
dalam mengukur volume air dengan menggunakan gelas
ukur
No.
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Gelas ukur
diletakkan di atas tempat yang datar, skala menghadap pengamat
|
||||
2
|
Menuang
air ke dalam gelas ukur sampai hampir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan.
|
||||
3
|
Volume air
ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml.
|
||||
4
|
Permukaan
air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar mata.
|
||||
5
|
Hasil
pengukuran dicatat dengan benar.
|
Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
Ø Penilaian
Sikap.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka)
yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan
yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,
dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut. Sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap
terhadap proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket, ungkapan
perasaan, catatan anekdot, dan lain lain.
Ø Teknik Tes
Teknik tes
meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus tes tertulis,
ragamnya meliputi : tes essay atau disebut juga tes subyektif dan
tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar, menjodohkan dan pilihan
ganda.
Tes essay
atau tes uraian adalah bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing
mengandung permasalahan dan menuntut penguaraian sebagai jawabannya. Materi tes
yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini
dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes yang meminta
jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes uraian jawaban luas/panjang.
Tes obyektif
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus
dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya,
atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena
skor yang diberikan relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif
penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes
Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test),
dan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).
Ø Asesmen
Produk
Asesmen
produk merupakan ragam penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat
produk tertentu, seperti : teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan
dan lain-lain. Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil
belajar siswa.
Pengembangan
produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan
tahap penilaian produk.
Ø Asesmen diri
(self assessment)
Asesmen diri
adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah
ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki
proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen diri, diantaranya adalah : a)
penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian langsung pada saat atau
setelah siswa melakukan tugas tertentu, b) penilaian tidak langsung dan
holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang,
misalnya satu semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c)
penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap obyek tertentu.